PUISI

Apakah sampai padamu
berita tentang mahanazi
kabar apakah yang sampai padamu tentang Palestina

Apakah sampai padamu
berita tentang rumah-rumah yang dihancurkan
tanah-tanah meratap berpindah tuan
bahkan manusia yang dibuldozer

Apakah sampai padamu
berita tentang air mata yang tumpah
dan menjelma minuman sehari-hari
tentang jadwal makan yang hanya sehari sekali
atau listrik yang menyala cuma 4 jam sehari

Apakah sampai padamu
berita tentang kanak-kanak yang tak lagi berbapak
tentang ibu mereka yang diperkosa atau diseret ke penjara
para balita yang menggenggam batu
dengan dua tangan mungil mereka
menghadang tentara Zionis Israel
lalu tangan kaki mereka disayat dan dibuntungi

Apakah sampai padamu
berita tentang Masjidil Aqsa
di halamannya menggenang darah
dan tubuh-tubuh yang terbongkar
peluru yang berhamburan di udara
menyanyikan lagu kematian menyayat nadi
kekejaman yang melebihi fiksi dan semua filem
yang pernah kau tonton di bioskop dan televisi
kebiadaban yang mahanazi

Tapi orang-orang di negeriku
masih saja mengernyitkan kening
Palestina,
untuk apa memikirkan Palestina
persoalan di negeri sendiri menjulang,
mereka bersungut-sungut
tak suka membatu
tak jarang terpengaruh
menuduh pejuang kemerdekaan Palestina
yang membela tanah air mereka sendiri sebagai teroris

Tuhan
maka kukatakan pada mereka
tanpa abai pada semua persolan di negeri ini
atas nama kemanusiaan menyelalah
kita tak bisa hanya diam
menyaksi pagelaran mahanazi
sambil mengunyah menu 4 sehat 5 sempurna
dan bercanda di ruang keluarga,
kita tak bisa sekedar menampung pembantaian-pembantaian itu dalam batin
atau pura-pura tak peduli

Seorang teman Turki berkata
mereka yang membatasi ruang kemanusiaan
dengan batas-batas negara
sesungguhnya belum mengerti makna kemanusiaan

Hai Amir Musa tanyakan pada Liga Arab
belum tibakah masanya bagi kalian bersatu
membuka hati
berani,
berani berhenti
mengamini nafsu Amerika
yang seharusnya kita taruh di bawah sepatu

Hai Ban ki-moon,
apakah Perserikatan Bangsa Bangsa itu nyata
sebab tak pernah kami dengar PBB mengutuk dan memberi sanksi
pada mahanazi teroris Zionis Israel,
yang pongah 
melucuti kemanusiaan dan keberadaban
dari wajah dan hati dunia

Apakah kalian,
apakah kita
tak malu
pada para syuhada Qatila
Raquel Qori,
Yoyoh Yusroh
dan Geroge Kelway,
karena sesungguhnya
kita bisa melalukan sesuatu
menyebarkan tragedi keji ini
pada hati-hati yang bersih
memberi
meski sedikit apa yang kita punya
dan mendoakan Palestina

Apakah sampai padamu
berita tentang mahanazi itu
lalu tentang Palestina
yang bersemayam kokoh
di hati mereka yang diberi kurnia,
seperti cinta
yang tak bisa kau hapus
dari penglihatan dan ingatan,
air mata,
darah,
dan denyut nadi manusia
Lawan mahanazi

(Bunda Helvy Tiana Rosa)



BALUTAN KATA TANPA SUARA

Semua yang kurasa takkan pernah sampai
Hingga ribuan kata yang terucap
Akan tetap bungkam
Di bayang semu itu hanya tertangkap
Seulas senyuman bermacam makna
Membuatku merasa seperti bintang tanpa cahaya
Bagai mendung tanpa hujan
Menyejukkan tapi menyakitkan
Sejenak mata terpejam
Berangan tanpa logika
Semuanya memaksa agar aku bisa menerima
yang nyata di depan mata
Bahwa tak sendiri baginya adalah pilihan
Dan akhirnya rasa ini menjadi serpihan kaca yang pecah
Sekalipun tak bisa lagi kuuraikan dan kujelaskan panjang lebar
Namun semuanya telah nampak dalam balutan kata tanpa suara








JEJAK KEHIDUPAN

 Disini aku hidup bersama rintangan
Merangkak menelusuri duri-duri kehidupan
Terik panas sang surya membakar hingga menggetarkan sendi tulangku
Kulihat rindangan pohon bergoyang melambai tertiup bayu
Ah tampaknya sedang mulai mencibirku
Biarlah tak kupedulikan
Kuhanya bergeming meratapi mimpi yang tak kunjung nyata
Lelah dengan air mata

Terkunci hilangnya kesempatan

Dalam diamku menerawang jauh memaknai arti kehidupan

Semakin lama aku berjuang semakin aku tak mengerti

Apa yang sebenarnya disembunyikan hidup

Yang selalu menjadi teka teki jiwa

Kini harus kemana lagi aku melangkah

Hingga sang surya kembali pada pangkuannya

Langit merah merana sampai malam kelam menjamah bumi tempatku berpijak

Hari yang berlalu menjadi hampa kosong tak berpenghuni

Kuharap hari ini benar-benar ada

Tak hanya diam dengan terinjak takdir kehidupan

Bukanlah hanya sekedar kesimpulan belaka

Dan tak hanya berujung pada pejaman mata

Kini bukan saatnya aku jatuh dalam keterpurukan

Namun inilah saatnya kumelukis pelangi di sepanjang takdir hidupku

Dan mimpi itu akan terwujud nyata dengan sambutan senyum di bibirku



Tidak ada komentar:

Posting Komentar