Rabu, 09 Januari 2019

Aku Kembali

Sudah lama tak merangkai sajak.
Terasa rindu.
Hidupku bergejolak, beberapa bulan terakhir.
Merasa bosan dengan selarik itu melulu.
Namun, tak lantas aku melupakanmu.
Aku hanya rehat sejenak.
Sekarang, aku kembali.

Selasa, 12 Desember 2017

Akhir Ratusan Hari Tanpamu

Setelah ratusan hari kuberhenti memikirkan segala sesuatu tentangmu,
aku pun berhenti menulis segala sesuatu yang berkaitan denganmu.
Bukannya aku kini membenci cerita tentangmu.
Hanya saja sudah lama tak kudengar ceritamu lagi.
Lalu bagaimana aku bisa menuliskannya lagi?
Jangan marah, setidaknya beberapa goresan penaku tentang ratusan hari tanpanya sudah cukup membuat hatimu lega, bukan?
Kau yang tak bisa mengungkapkan perasaanmu yang sesungguhnya telah kuuraikan sedemikian rupa hingga seolah-olah akulah yang menjadi peran utama dalam cerita yang lalu-lalu itu.
Terima kasih telah menjadi inspirasi dalam setiap tulisanku.

Selasa, 05 September 2017

Cinta Seperti Apa?

Cinta.
Mengapa akhirnya selalu jatuh.
Terluka kemudian terkapar.
Belum mati hanya saja sebagian otak tak lagi berfungsi.
Hanya napas yang tersengal-sengal layaknya anak kecil yang terhanyut.
Tolong? Pada siapa seharusnya meneriakkan 'tolong'?
Cinta.
Memang selalu menarik untuk diceritakan namun selalu juga berakhir dengan segores luka.
Adakah cinta yang tak pernah jatuh? Cinta yang selalu mengerti pada siapa ia singgah.
Cinta yang mengerti bagaimana berlaku di tempat yang telah disinggahi.
Sehingga tak membuatnya si pemilik cinta menitikkan air mata.
Ahh, terlalu tinggikah mendambakan cinta yang seperti itu?

Jumat, 12 Agustus 2016

Selamat Berjuang!!!

"Sederhana itu melihat orang tua kita tersenyum."
Itu katamu, jang.
Kata-kata yang sangat sederhana tapi sangat menyentuh.
Memang benar. Tak ada hal lain yang jauh lebih bahagia selain melihat orang tua kita tersenyum.
Aku tahu suatu saat nanti aku harus menuruti kemauan orang tuaku. Meski hatiku menolak tapi demi orang tuaku aku ikhlas.
Begitupun dengan kamu, jang.
Ringankan kakimu tuk melangkah ke jalan lurus yang sudah dipilih orang tuamu dan telah kamu sanggupi.
Yakinlah ada banyak kebaikan di jalan yang kamu tempuh saat ini.
Selamat berjuang menjadi pribadi yang lebih baik lagi.
Semangat kawan. Raih ilmu sebanyak mungkin lalu kamu manfaatkan ilmu itu dengan sebaik-baiknya.

Selasa, 02 Agustus 2016

Sekali Lagi

Bolehkah aku bermimpi?
Tentang harapan yang telah kuselipkan. Coba ketuklah pintu rumahmu sekali lagi.
Tapi masihkah kau ingat jalan pulang?

Senin, 11 Juli 2016

Seratus sembilan puluh enam hari tanpamu

Tadinya aku ingin berhenti menulis tentangmu. Tapi pada kenyataannya aku tak bisa.
Jika berhenti menulis tentangmu saja aku tak bisa lalu bagaimana mungkin aku bisa berhenti mencintaimu?
Kau layaknya kopi yang kuseduh, Tuan.
Membuatku candu dan ingin terus menikmatinya meski pada akhirnya hanya nyeri yang kudapat.
Tuan...
Hari ini tepat seratus sembilan puluh enam hari tanpamu.
Mungkin kamu sudah berhenti mencintaiku karena kamu sedang berjuang melihat senyuman pelangi yang alasannya karenamu.
Aku bisa apa jika memang kamu semudah itu berpaling. Aku terlambat masuk kembali ke hidupmu. Pintumu sudah tertutup rapat untuk kusinggahi.
Tuan...
Kukira perasaanmu terlalu dalam tetapi ternyata tidak. Untuk menungguku beberapa waktu saja kamu tak bisa.
Seratus sembilan puluh enam hari tanpamu.
Aku berhenti memperjuangkanmu lagi bukan karena aku berhenti mencintaimu tetapi karena kurasa perjuangkan sudah tak dihargai.
Bukan karena aku berhenti mencintaimu tetapi karena kamu yang kuperjuangkan sedang memperjuangkan yang lain.
Tuan...
Jika kamu sudah tak sanggup mengejar cintanya, kamu masih bisa menengok ke belakang. Ada aku di sini. Aku yang tetap mencintaimu.
Itu jika kamu sudi bersanding denganku lagi.
Tetap semangat berjuang untuknya. Biar aku sendiri yang menikmati luka di sini karena menyaksikanmu memainkan peran dengannya.