Senin, 23 Juni 2014

KITA (TIDAK) PEDULI INDONESIA




Pernahkah kita berpikir sejenak tentang Indonesia?
Pernahkah kita sedikit meluangkan waktu hanya untuk mengingat Indonesia?
Indonesia adalah sebuah negara yang membesarkan kita. Negara yang sangat sakral dalam proses kemerdekaannya. Negara yang merdeka pada 17 Agustus 1945. Sejak kemerdekaan hingga era ini telah banyak pengorbanan yang dilakukan oleh pahlawan dan penerus perjuangan untuk mengokohkan bangsa ini dimata dunia. Mengokohkan saja tidaklah cukup, namun perlu adanya keinginan untuk maju dalam bidang yang dapat dikembangkan melalui potensi yang dimiliki oleh bangsa ini.
Harapan terbesar untuk memajukan negara ini ya dari pemudanya. Maka bisa kita sebut pemuda adalah Tunas Bangsa. Tunas yang siap untuk tumbuh dan dikemudian hari dapat dipanen buahnya. Pemuda yang diharapkan siap memimpin bangsa dengan segala kebaikan budi pekertinya.
Namun bila tunas-tunas ini tidak terawat, maka dikemudian hari bukannya buah dan keteduhan yang didapatkan, namun tumbuhan yang  liar, layu, dan kering. Jika seperti itu, negera ini akan menjadi krisis kepemimpinan, kekurangan pemuda yang bisa berkarya. Tetapi pada kenyataannya banyak dari mereka acuh terhadap negara ini. Banyak yang tidak peduli dengan keadaan Indonesia saat ini.
Soekarno pernah berkata,  “Beri aku 1.000 orang tua, niscaya akan kucabut semeru dari akarnya. Beri aku 10 pemuda niscaya akan kuguncangkan dunia!”
Kata-kata Soekarno memberi kesan yang kuat betapa besar peran pemuda. Bahwa bila ingin melihat masa depan suatu bangsa, maka lihatlah pemudanya.  Pemuda adalah cerminan suatu bangsa. Bila tidak ada lagi para pemuda yang memikirkan masa depan bangsanya, maka bisa diprediksi masa depan bangsa itu.
Apa kita tahu??
Sesungguhnya Indonesia belumlah merdeka seutuhnya. Indonesia masih terjajah dalam berbagai bidang, dari ekonomi sampai politik. Kalau Indonesia tidak bisa mengubah sifat kaum terjajah menjadi kaum merdeka, maka Indonesia tidak akan maju walau hanya seujung jari.  Yang perlu ditekankan pada era modern ini adalah pendidikan moral dan cinta tanah air. Karena pada era ini banyak orang yang pintar, namun tidak bermoral dan egois. Mereka hanya mementingkan egonya sendiri, tidak peduli akan nasib bangsanya sendiri  di masa mendatang.
Indonesia.....
Bagaimana Indonesia ke depan jika kita masih tidak peduli?
Banyak orang yang berkata “Ah Indonesia kan banyak koruptornya? Ngapain juga kita peduli lagi dengan Indonesia.”
Jleb... Nah loh kenapa harus Indonesia yang disalahkan?
Ya memang benar Indonesia salah satu negara yang banyak koruptornya. Tetapi itu bukan salah dari Indonesia. Semua hal yang membuat Indonesia dikatakan seperti itu adalah karena individualisme, keegoisan manusia yang ada di dalamnya. Kenapa harus menyalahkan Indonesia???
Balik lagi kepada peran pemudanya. Kita telaah dari hal yang terkecil, masih adakah dari kita yang memutar lagu tentang kebangsaan seperti lagu Indonesia Raya? Masih adakah dari kita yang menyimpan rapi bendera merah putih? Atau bahkan sudah dijadikan lap dan tidak terawat lagi? Masih adakah dari kita yang menggunakan bahasa nasional dalam kesehariannya?
Kita tahu bahwa lagu Indonesia Raya adalah sebuah lagu yang mengiringi naiknya sang saka merah putih berkibar di langit nusantara, langit yang menjadi saksi perjuangan.
Jika kita mengingat sejarah, betapa susahnya pejuang dulu mengibarkan sang saka merah putih. Tetapi mereka sama sekali tidak menyerah. Mereka rela mengorbankan jiwa dan raganya hanya untuk mengibarkan sang saka merah putih.
Lantas kita? Kenapa hanya membiarkan ia usang di dalam lemari?
Apabila kita para pemuda bersatu padu untuk membangun Indonesia, maka Indonesia ke depan akan menjadi bangsa yang hebat dengan kedaulatan dan kemakmuran dimata bangsa sendiri dan dunia.
Cintailah Indonesia! Jika kita masih belum bisa berjuang seperti pahlawan dahulu, setidaknya kita pupuk rasa cinta itu dari sekarang. Mulailah lakukan dengan hal yang terkecil, mulai membiasakan mendengarkan lagu-lagu kebangsaan, merawat bendera merah putih, mencintai bahasa Indonesia, mematuhi undang-undang dan lain sebagainya. Diharapkan dengan seperti itu rasa cinta kita terhadap negara Indonesia akan kembali tumbuh dan bersemi.
Negeriku jayalah selalu, hanya engkau yang kucinta. Indonesia dari dulu hingga sekarang akan tetap menjadi negara yang satu.


                                                                                                                                    N.I.H

Tidak ada komentar:

Posting Komentar